Sabtu, 12 Maret 2016

Unknown

Khawarij Akhir Zaman: Muda, Bodoh dan Mulutnya Keji

Orang-orang KAUM TANPA MADZHAB yang katanya paling beriman dan paling mengikuti sunnah, memang tidak bisa menjaga lidah dari ucapan mengkafirkan orang sembarangan tanpa pilih kasih, bahkan mudah saja mengatakan ayah ibu Rasulullah adalah kafir/musyrik. Tak kah kamu pertimbangkan ayat Allah:
“sesungguhnya orang2 musyrik adalah najis” (surat at-Taubah azat 28)

Ya, memang para ulama dalam menafsirkan ayat di atas ada yang mengartikan najis dalam arti hakiki hingga orang-orang kafir tidak boleh memasuki mesjid, dan ada juga para ulama yang menafsirkan najis dalam arti majazi, hingga maksudnya adalah najis dalam hal aqidah.
Tapi tetap saja, makna mana sajapun yang diambil dari kedua ayat di atas ; sangat menyakiti Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Bagaimana mungkin seorang Rasulullah yang suci dilahirkan daripada orang-orang yang beraqidahkan najis atau dilahirkan dari daging dan darah yang najis. La haulun wa la quwwatun illa billah.


Berikut Video sebagian Pemimpin Penyebar KAUM TANPA MADZHAB di Indonesia yang berbicara mengenai hal tersebut:

Firanda Andirja 




Syafiq Basalamah



Bantahan Habieb Rizieq :






Lihatlah sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam:
;إن الله اصطفاني من ولد إبراهيم إسماعيل واصطفى من ولد إسماعيل كنانة واصطفى من كنانة قريشا واصطفى من قريش بني هاشم واصطفاني من بني هاشم
Sesungguhnya Allah mensucikan daripada anak2 Ibrahim: Ismail, mensucikan daripada anak2 Ismail: Kinanah, mensucikan daripada Kinanah Quraisy, dan mensucikan daripada Quraisy: Bani Hasyim, dan Allah mensucikan aku daripada Bani Hasyim. (Hadits riwayat Muslim)

Cobalah pikir pakai otak, Apakah mungkin Allah mensucikan mereka, dari generasi ke generasi, sementara mereka adalah orang2 kafir???

Dan kemudian apakah kalian lupa dengan firman Allah:
إِنَّمَا يريدُ اللَّه لِيُذْهِب عَنْكُم الرِّجْس أَهْلَ الْبَيْت وَيطَهِّرَكُم تَطْهِيراً

“Sesungguhnya Allah hanya ingin menghilangkan najis dari ahlul baitmu dan mensucikan mu dengan sesuci-sucinya.”

Hampir seluruh ulama terkemuka di kalangan Ahlussunnah Wal Jama’ah berpedapat bahwa kedua orang tua Rasulullah selamat, di akhirat kelak keduanya akan masuk surga. Mereka, para ulama terkemuka tersebut adalah orang-orang paling paham terhadap pendapat-pendapat yang menyalahi pendapat mereka, mereka adalah orang-orang yang hafal terhadap hadits-hadits nabi dan berbagai atsar, mereka adalah orang-orang yang paham dan hafal dalil-dalil dan paham bagaimana metode ber-dalil (istidlal). Al-Hafizh as-Suyuthi berkata: 
“Seorang yang ingin sampai kepada kesimpulan yang benar dalam masalah ini (tentang kedua orang tua Rasulullah) setidaknya ada empat pondasi yang harus ia kuasai untuk menjadi metodologi penelitian-nya, tiga pondasi; kaedah kalamiyyah, kaedah Ushuliyyah, kaedah Fiqhiyyah, dan satu pondasi terkait kaedah himpunan antara hadits dan Ushul fiqh. Bekal itu tentu belum cukup, itu semua harus ditambah dengan keluasan hafalan terhadap hadits-hadits nabi, memiliki metode kritik hadits yang mumpuni, dan memiliki ketelitian serta pengetahuan yang sangat luas terhadap pendapat-pendapat para imam terkemuka, lalu mampu melakukan sinkronisasi di antara pendapat-pendapat para imam yang “berserakan” tersebut (Jam’u mutafarriqat kalam al-a-immah). Dengan demikian janganlah berprasangka bahwa para imam terkemuka tersebut tidak mencermati hadits-hadits yang mereka jadikan dalil, --Na’udzu Billah, kita berlindung dengan Allah dari prasangka buruk semacam ini--. 

Sungguh para imam agung tersebut telah mendalami setiap dalil yang mereka kemukakan, menyelami berbagai aspek yang terkandung di dalamnya, dan mereka telah menjawab segala permasalahan [dalam urusan agama ini] dengan jawaban yang bukan “asal-asalan”, tetapi dengan jawaban yang sangat valid; yang bagi seorang moderat dan adil (munshif) jawaban-jawaban para imam tersebut tidak dapat ditolak. Benar, jawaban para imam tersebut didasarkan kepada argumen-argumen yang sangat kuat; [naqliyyah dan aqliyyah], seperti kuatnya gunung-gunung pada pancang-nya” . 



Inilah kesalahan KAUM TANPA MADZHAB. Mereka tidak pernah melihat dalil-dalil lain yang lebih kuat dan lebih qoth’i. Sudahlah cara mereka sangat tekstual dalam memahami nash ditambah pula tak mau melihat dan menggabungkan dalil-dalil lain yang ada. Maka hancurlah istimbath mereka dalam segala bidang, baik fiqih, tauhid maupun tasawuf. Inilah yang menjadi sebab kenapa mereka mengharamkan isbal, pembangungan kubur, pemahaman tentang makna bid’ah dan banyak lagi.


Akhirnya saya tutup dengan sebuah kisah Imam Al-Qodhi Abu Bakar ibnu Al-Arabi salah seorang ulama muhaqqiqin besar Malikiyah; pernah ditanya: Bahwa ada orang yang mengatakan orang tua Nabi shallallahu alaihi wa sallam di neraka. 

Apa jawab Ibnu Al-Arobi? Beliau mengatakan; “Terlaknat orang yang mengatakan orang tua Nabi di neraka karena Allah Ta’ala berfirman:
إِنَّ الَّذِينَ يُؤْذُونَ اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَأَعَدَّ لَهُمْ عَذَابًا مُهِينًا .
“Sesungguhnya orang-orang yang menyakiti Allah dan Rasulullah, Allah melaknat mereka di dunia dan akhirat dan Allah menyiapkan kepada mereka adzab yang hina” ( Al-Ahzab 57)


Sumber:

SARKUB 
Aqidah Ahlusunnah Waljamaah

Artikel terkait : Benarkah Orang Tua Nabi...
                        Vonis Kaum Tak Bermadzhab...

Unknown

About Unknown -

Daarul Fiqih menyediakan informasi yang benar berdasarkan Al Qur'an, Hadits, dan Qiyas serta Ijma' Ulama agar Umat Islam Selamat dari Pengaruh Kaum Tanpa Madzhab

Subscribe to this Blog via Email :